WISATA GUNUNG SANTRI, DARI SYEKH MUHAMMAD SHOLEH DAN ASAL MULA PERKAMPUNGAN BADUY

ASSALAMUALAIKUM WR.WB

Banten banyak sekali menyimpan sejarah yang luas, setelah sebelumnya kita memposting mengenai Ziarah ke Banten Lama sekarang Banten Survival berkunjung ke Objek Wisata Religi di Gunung Santri. Gunung Santri adalah sebuah bukit didaerah Bojonegara, Kabupaten Serang, dari sini dapat terlihat Teluk Banten dan Pulau Panjang, lokasinya tidak jauh dari Pelabuhan Bojonegara dan terletak di sisi barat pelabuhan. Ditempat ini kita berziarah ke makam Syekh Muhammad Sholeh.

Gapura Selamat Datang, Gunung Santri

Syekh Muhammad Sholeh datang ke Banten atas perintah Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) untuk mencari putranya yang meninggalkan Cirebon dan menuju Banten, setelah mencari dan berhasil bertemu dengan Sultan Maulana Hasanudin beliau menyampaikan maksud kedatangannya untuk membawa pulang kembali Sultan Maulana Hasanudin ke Cirebon atas perintah Ayahanda-nya, namun Sultan Maulana Hasanudin menolak untuk pulang ke Cirebon karena masih ingin mensyiarkan agaman islam di tanah Banten yang saat itu masih dalam pengaruh dan kekuasaan yang dipimpin oleh Pangeran Arya Surajaya atau Prabu Pucuk Umun dengan ajaran Sunda Wiwitan

Syiar yang dilakukan oleh Sultan Maulana Hasanudin berhasil, dan telah menguasai daerah Gunung Karang dan Ujung Kulon, atas keberhasilan ini Pucuk Umun yang saat itu menjadi pemimpin sekaligus penguasa Banten terusik oleh apa yang dilakukan Sultan Maulana Hasanudin di Banten, dengan itu Pucuk Umun menantang Sultan Maulana Hasanudin untuk tarung ayam jago dengan taruhan siapa yang kalah lehernya berhak di potong, dan tantangan itu di terima oleh Sultan Maulana Hasanudin. Beliau mengangkat Syekh Muhammad Sholeh menjadi pengawalnya atas kepercayaan yang diberikan oleh beliau.

Sultan Maulana Hasanudin bermusyawarah dengan Syekh Muhammad Sholeh mengenai tantangan yang diberikan oleh Pucuk Umun, setelah musyawarah itu Syekh Muhammad Sholeh atas izin Allah SWT menjadi ayam jago untuk melawan ayam jago milik Prabu Pucuk Umun. Pucuk Umun yang kala itu menantang adu ayam jago memilih tempat netral di lereng Gunung Karang.\Ayam Pucuk Umun berpamor besi baja, air raksa, berinti besi berani, dan diberi nama Jalak Rarawe, sedangkan ayam Sultan Maulana Hasanudin merupakan penjelmaan jin, ayam putih ini merupakan penjelmaan dari Syekh Muhammad Sholeh dan atas izin Allah, ayam milik Sultan Maulana Hasanudin diberi nama Jalak Putih. Setelah pertarungan yang sengit antara ayam milik Prabu Pucuk Umun dan ayam Sultan Maulana Hasanudin, akhirnya Jalak Putih milik Sultan Maulana Hasanudin menang dalam pertarungan itu dan jalak putih kembali berubah ke wujud aslinya.

Namun Prabu Pucuk Umun tidak menyerah setelah kekalahannya, ia menantang perang kembali terhadap Sultan Maulana Hasanudin dan beliau menerima tantangan itu. Prabu Pucuk Umun membawa pasukannya dari Kerajaan Padjajaran, setelah pertempuran dua Kerajaan ini Prabu Pucuk Umun mengalami kekalahan dari Sultan Maulana Hasanudin dan Syekh Muhammad Sholeh, pasukan Padjajaran yang dipimpin oleh Prabu Pucuk Umun yang kalah, sebagian melarikan diri ke arah selatan dan bersembunyi di lereng selatan Gunung Pulosari, sedangkan Pucuk Umun dan sebagian pengikutnya merubah dirinya menjadi burung beo dan terbang kearah selatan menuju lembah perbukitan didaerah Lebak, disitulah Prabu Pucuk Umun dan pasukannya mebndirikan desa yang bernama Cibeo dan menjadi warga Baduy yang kita tahu hingga saat ini. Cibeo merupakan sebuah desa di wilayah adat Baduy dan terkenal dengan nama Baduy Dalam.

Setelah pertarungan itu, Syekh Muhammad Sholeh kembali ke kediamannya di Gunung Santri dan melanjutkan syiar agama islam di pesisir utara Banten. Itulah sedikit cerita sejarah tentang Syekh Muhammad Sholeh yang mengalahkan Prabu Pucuk Umun atas izin dari Allah SWT.

VISIT BANTEN, AYO WISATA KE BANTEN

Email   : bantensurvival@gmail.com
Twitter : @BantenSurvival